Minggu, 07 April 2013

Putera Sang Fajar

" Jadi operasinya akan dilaksanakan bulan depan ya Pak, usahakan dalam kondisi sehat agar opersinya lancar "

"Iya bu dokter, terima kasih banyak Bu Dokter " Pak Fajar pergi sambil menyalami tangan Dokter Riani, Dokter spesialis Bedah plastik

Bulan depan anak pak Fajar, Putera Sang Fajar, seorang anak kelas dua SD akan melaksanakan operasi bibir sumbing gratis. Program yang diadakan oleh Rumah Sakit di kotanya itu sangat membantu keluarga pak Fajar di mana Putera sangat ingin mempunyai bibir yang sempurna agar tidak ada lagi yang mengejeknya, menertawakannya, bahkan ada yang takut melihat wajahnya. Dan juga agar mimpimya menjadi seorang Tentara bisa terwujud.

Sampai di rumah, pak Fajar dan Putera memberi tahu kabar itu pada ibunya dan adiknya. Mereka sekeluarga sangat bahagia, karena sudah sejak lama Putera merengek agar bibirnya bisa di operasi. Tapi, karena ekonomi kelurga pak Fajar yang kurang, maka operasi tersebut hanya tinggal mimpi dan sebentar lagi mimpi itu bakal terwujud.

Farhan, satu-satunya sahabat Putera yang bertubuh tinggi besar dan tambun di usianya, tidak luput dari kabar bahagia ini. Putera menceritakannya pada Farhan. Farhan adalah sahabat Putera yang setia, ia sangat baik pada Putera. Jika ada yang mengejek atau menertawakannya, Farhan akan maju untuk melindungi sahabatnya itu. Dan mereka yang mengejek atau menertawakannya akan lari ketatukan.

Putera Sang Fajar terlihat sangat bahagia. Ia menjadi lebih bersemangat pergi ke sekolah. Jika ada yang mengejeknya ia langsung bilang

" Liat aja, Bulan depan bibirku mau di operasi, mau apa kamu? " ledek Putera

Ia juga lebih semangat belajar karena mimpinya untuk menjadi tentara akan bisa terwujud. Sehari-hari ia terlihat sangat ceria. Tidak ada ketakutan sedikitpun kala mendengar kata operasi, malah itu yang tidak sabar ia tunggu.

Hari - hari berlalu, dua hari sebelum operasi, hari itu hari Minggu. Seperti biasa Farhan dan Putera bermain bersama di lapangan. Bermain kelereng, layangan, hingga kejar-kejaran mereka lakoni. Suasana siang itu sangat terik, hingga mereka kelelahan dan kehausan yang amat sangat. Karena kelelahan Farhan meminta agar ia membeli minuman di warung dekat tempat mereka bermain. Jadilah mereka membeli minuman sachet yang di blender dan di beri es batu. Mereka meminumnya seperti orang dehidrasi.

 ---

Besok adalah hari di mana Putera akan di operasi. Tapi pihak rumah sakit meminta agar ia datang hari ini untuk menjalani pemeriksaan awal. Pak Fajar dan Bu Fajar mempersiapkan segala sesuatu yang akan di bawa ke Rumah Sakit. Mobil Elf yang disewa dari desa sebelah juga sudah disiapkan. Ayah, ibu, adik, pak dhe, bu dhe, ponakan hingga tetangga dekat ikut mengantar Putra ke Rumah sakit. Perasaan Putera campur aduk antara senang, takut, tapi kali ini agak sedikit kurang bersemangat.

Sampai di Rumah Sakit Putera harus menjalani pemriksaan awal terlebih dahulu. Dokter yang melakukan pemeriksaan keliling dari satu bed ke bed lain. Tibalah saat Puetra diperiksa. Dokter memegang kening Putera dan meminta suster mengambilkan termometer. Suhu tubuh Putera hampir 39 derajat, hidungnya mampet dan batuk - batuk.

" Sudah berapa lama Putera sakit Bu? " tanya dokter

" Mulai kemaren dok, tapi kemarin cuma panas aja, terus saya kompres malamnya sudah dingin dok" kata Bu Fajar mulai cemas.

" Tapi sekarang suhunya tinggi Bu, ada pilek dan batuk - batuk juga, sepertinya ada dahak yang nggak bisa keluar " kata dokter

" Jadi bagaimana dok?" tanya pak Fajar

" Dengan terpaksa Putera tidak bisa ikut operasi hari ini karena kondisinya yang kurang fit. Sakitnya harus disembuhkan dulu'' Kata dokter

Pak Fajar, Bu Fajar, dan Putera kaget mendengar keputusan dokter.

"Apa gak bisa diusahakan lagi dok? kasihan anak saya dok" Minta pak Fajar

" Lebih kasihan lagi kalo dalam kondisi seperti ini tetap di operasi, resikonya besar ." Kata dokter

" Jangan khawatir, bapak dan ibu masih bisa ikut program kami tiga bulan lagi, program kami rutin setiap tiga bulan sekali. Asal kondisinya harus benar-benar di jaga." Pesan dokternya

"Iya dok, terima kasih ... " Kata pak Fajar sedikit lemas

" Baik kalo begitu saya permisi dulu ya." 


Kabar itu sedikit melegakan pak Fajar dan bu Fajar, walaupun  ada sedikit rasa kecewa di hati mereka.

" ini gara-gara Farhan!" Tiba - tiba Putera buka suara

"Kok gara-gara Farhan, Nak? " Tanya Bu Fajar

" Iya, waktu itu Farhan yang ngajak beli minuman es di warung habis main di lapangan. Habis itu malamnya kan badan Putera langsung panas. Ini gara-gara Farhan!" Putera emosi

" Nggak usah nyalahin siapa - siapa, yang penting kamu masih bisa operasi kan tiga bulan lagi , lebih baik kita pulang aja yuk..." kata pak Fajar

"Nggak mau! Putera Nggak mau pulang!"

" Lho, gak mau pulang gimana to le? kamu mau nginep di rumah sakit? " kata bau Fajar

" Pokoknya Putera gak mau pulang!"

" Terus kamu mau ke mana?" tanya bu Fajar

" Putera malu bu sma teman - teman, Putera sudah bilang ke teman - teman semua kalau Putera hari ini mau di operasi. Kalau mereka tau Putera gak jadi operasi kan malu. Mereka makin mengejek Putera bu..." Putera terisak

" Oalah le.... ya sudah gak usah dipikirin, nanti mereka jg capek- capek sendiri " kata bu Fajar yang sebenarnya juga nggak tega melihat Putera, yang sebenarnya ia juga malu sama tetangga dan saudara -saudaranya.




Sabtu, 30 Maret 2013

Di Ujung Malam

Di Ujung Malam

Malam hari kadang membuatku takut
Bukan, bukan takut setan atau sejenisnya 
Tapi aku takut dengan diriku sendiri
Yup, aku takut dengan perasaanku sendiri
Kata orang mencintai bisa membuat bahagia
Tetapi, kenapa tidak dengan diriku?
Dia yang berhasil membuat semuanya indah di sekelilingku
Kini menghilang entah kemana
Aku bingung, aku sedih, aku galau, aku rindu
Di ujung malam yang sepi ini rasa itu semakin menyiksa
Aku hanya butuh penjelasan apapun itu
Agar kita tetap bisa berteman baik
Bisa bertegur sapa dengan hangat bila bertemu suatu hari nanti
Ingin ku menangis tapi tak bisa
Ingin tidur juga tak bisa
Aku bingung...
Aku ingin pagi segera datang
Bertemu dengan sahabat dan keluarga
Agar aku bisa melupakan rasa itu

Zarry Hendrik & Rahne Putri

Beberapa hari yang lalu adik sepupu saya meminjamkan buku karya Zarry Hendrik dan Rahne Putri. Dua buku yang berbeda ini saling berhubungan. Buku karya Zarry Hendrik berisi tentang puisi, prosa, sajak, cerita tentang perasaan laki-laki terhadap wanita. Begitupun buku karya Rahne Putri berisi tentang puisi, prosa, sajak, dan cerita tentang perasaan wanita terhadap laki-laki. Dan ternyata mereka berdua bersahabat, entah mereka pernah berhubungan sebagai kekasih atau tidak saya tidak tahu. Tapi yang jelas di kedua buku mereka ada cerita tentang perasaan mereka berdua. Ada beberapa puisi yang aku suka dari mereka diantaranya :


TENANG

Selamatkanlah dirimu dengan menjadi kuat
Bukan untuk siapapun kecuali untuk dirimu saja
Lakukanlah apa yang mau kamu lakukan
Di manapun kamu
Ingin menjadi apapun kamu
Aku tidak akan sekalipun berdiri diantara kamu dan impianmu
Aku tidak akan menertawakan cita-citamu
Ambillah impianmu lebih dari apa yang bisa aku berikan
Aku tidak akan mengacaukannya
Aku tidak akan membuat keributan
Aku akan mencintaimu dengan tenang

Puisi by : Zarry Hendrik



KUBURAN MIMPI

Paling sedih itu ketika melewati pekuburan mimpi
Semua orang mengubur dalam harapan dan menisankannya tanpa nama
Di sana mimpi terperangkap dalam tanah
Tanpa kau sadar, senyummu tertinggal sedikit di sana
Mimpimu mau di bawa ke mana?
Pekuburan?
Atau kau gantung di awan?
Mimpi seharusnya bersayap
Ia terbang melintasi langitmu
Dan kamu mengikutinya setapak demi setapak, meniti jejak
Kalau mimpi tersesat siapa yang mau menemukannya?
Siapa yang akan mencarinya kalau bukan tekadmu sendiri?
kulewati lagi pekuburan mimpi, terdengar teriakan menyayat hati 
Aku menutup mata dan berkata pada kepala
Aku tak mau mimpiku berakhir di sana
Aku tak mau, kamu berdiri di sana

Puisi by : Rahne Putri


Aku ingin membut tali simpul
Antara benang kehidupan kamu dan aku
Mungkin aku akn memilih warna merah
Benang itu akan selalu ada dan terbentang
Kita akan beriringan
Bahu kita akan selalu bersebelahan
Namun...
Aku teringat, cinta itu segitiga
Aku, Kamu, Tuhan
Aku bersujud, Kamu bersujud
Doa kita sedang berada di lintasan
Jika waktu tidak mempertemukannya
Terima kasih telah menyebut namaku
Dan aku akan mengukir bayangmu di bias mata
Dan selanjutnya, biar Tuhan melukis kita
Entah di kanvas yang sama, atau tidak

By : Rahne Putri

Minggu, 23 Desember 2012

Move On

satu minggu lagi tahun 2012 akan meninggalkan kita. Banyak peristiwa, moment, kesempatan yang telah dilewati. Baik itu suka duka, susah senang, yang menyedihkan, mengecewakan, menyebalkan atau yang menggembirakan, membanggakan, dan yang membuat hati melayang. kejadian yang membuat kita sedih, kecewa, atau sakit hati  bisa membuat kita lebih kuat dan menjadikan kita lebih dewasa jika kita mampu menyikapinya dengan bijak dan mengambil hikmahnya. Begitupun dengan kejadian yang membuat kita gembira, bahagia, atau bangga sudah sepatutnya kita bersyukur.

Tahun baru merupakan moment yang tepat untuk merefleksi diri kita di tahun sebelumnya. apa kelebihan dan kekurangan kita. kelebihan yang kita miliki hendaknya dipertahankan dan lebih baik lagi jika dikembangkan. dan kekurangan kita hendaknya kita perbaiki.

salah satu cara untuk memperbaiki kekurangan kita yaitu dengan membuat komitmen pada diri sendiri untuk terus berusaha memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dan berkualitas. seperti kata Aa Gym segala sesuatu jika kita ingin berubah menggunakan rumus 3M. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai saat ini.

Minggu, 02 Desember 2012

25

Usia 25 alias seperempat abad. Apa yang ada di pikiran teman-teman tentang usia 25? jawabannya mungkin relativ. Bagi yang berusia di bawah 25 mungkin akan bilang "wah...sudah tua ya" dan itu sangat menusuk sekali, hehe... apalagi  masih ditambah "kapan nikah?" itu merupakan suatu #jlebmomentbanget. Tapi bagi yang berusia diatas 25 mungkin akan bilang "eh...masih muda ya ternyata" dan itu sangat membuat hati riang gembira tapi tetep akhir-akhirnya pertanyaan yang muncul "udah ada rencana nikah blm? udah ada calonnya blm?"

Usia 25 bagi seorang perempuan terutama di Indonesia merupakan usia rawan. Maksudnya bagi yang belum nikah rawan untuk dikejar-kejar ortu, keluarga, saudara, tetangga, teman, untuk cepat-cepat nikah, hehe...mungkin maksud mereka baik, mengingatkan kita untuk segera membina rumah tangga dengan tujuan ibadah, agar punya teman atau pendamping hidup agar kita tidak selalu sendiri, dan agar tidak jadi perawan tua. Maunya sih emang gitu, sapa sih yang gak mau nikah, punya seseorang yang selalu bisa mendampingi kita, yang selalu menudukung, yang menyayangi dan mencintai kita, punya anak-anak yang lucu-lucu, tapi masalahnya kalo belum dipertemukan jodohnya mau bilang apa? beberapa kali dipertemukan dengan seseorang tapi kalo belum jodoh gimana? yah... mungkin memang perlu banyak-banyak instropeksi diri mungkin ada yang salah dengan diri kita. Tugas kita sekarang terus perbaiki diri, tingkatkan kualitas diri, dan memohon pada-Nya, yakin pada-Nya suatu hari nanti akan dipertemukan dengan dengan jodoh kita indah pada waktunya.

Mungkin hanya di Indonesia saja ya seorang perempuan yang sudah berumur 20 tahunan ke atas sudah di warning oleh orang-orang di sekitarnya terutama orang tua untuk menikah.  Hal ini kadang mebuat seorang perempuan menikah karena tuntutan bukan karena cinta. Ada sebuah ungkapan menikahlah jika kamu telah menemukan orang yang tepat untukmu bukan karena tuntutan usia.

Rabu, 28 November 2012

Saat Kau Ada yang Punya

Rayhan pertama kali bertemu dengannya saat ia pertama kali diterima sebagai dosen di sebuah universitas. Ia didaulat menjadi asisten dosennya. Dimata Rayhan ia adalah sosok yang sempurna. Cantiknya natural, penampilannya sederhana, cerdas, supel, dan aktif. Sebagai partner ia juga bisa bekerjasama dengan baik. Rayhan semakin nyaman bekerja dengan dia. Lama-kelamaan karena perbedaan umur yang tidak terlalu jauh ia dan Rayhan jadi akrab. Rayhan mulai jatuh cinta pada Nadia. Rayhan merasa ia telah menemukan tambatan hatinya yang ia cari selama ini.

Saat libur tiba, Rayhan, Nadia, dan teman-teman lainnya akan berlibur ke sebuah pantai. Rayhan berencana akan mengungkapkan perasaannya pada Nadia. Setibanya di pantai ia belum melihat sosok Nadia. Nadia memang tidak ikut dalam rombongan, ia berangkat sendiri karena katanya ia akan menjemput temannya dulu. Tak lama kemudian Nadia datang.

" Hai semua......" Sapa Nadia
" Hai....... " Kata teman temannya serempak
" Dari mana aja neng..... kok lama banget?" Kata Rayhan
" Iya nih, eh.... kenalin ini..... cowok aku, hehe...." Kata Nadia sambil malu-malu " Namanya Reza"

Seketika itu juga Rayhan bagaikan kesambar petir di siang bolong. Ia sedikit shock. Rencana yang telah ia susun telah gagal total. Ia ingin berlari ke pantai dan berteriak sekeras-kerasnya.....



Saat berjumpa dan kau menyapa
Indah parasmu hangatkan suasana
Buatku tak percaya mimpi indahku jadi nyata
Saat sendiri jalani hari
Bayang - bayangmu slalu menghampiri
Dan akupun mengerti apa maunya hati ini
Namun tiba - tiba kau ada yang punya hati ini terluka
Sungguh ku kecewa.....


Inspirated by Hivi's Song - Orang ke 3

Kamis, 22 November 2012

Anak Kecil itu...

Ini sudah kedua kalinya terjadi di stopan yang berbeda. Seorang anak kecil tiba - tiba menghampiriku sambil merengek untuk menumpang agar ia bisa sampai di rumah.

Yang pertama saat aku pulang dari tempat kerja dan hari mulai senja seorang anak kecil laki-laki berseragam merah putih menghampiriku meminta izin untuk menumpang sampai tempat yang dituju. Tadinya aku agak takut karena akhir-akhir ini sedang marak kejahatan dengan berbagai macam modus. Tapi dengan melihat wajah polosnya yang sepertinya benar-benar membutuhkan tumpangan akhinya aku bersedia. Sepanjang perjalanan aku bertanya pada anak kecil itu. siapa namanya, dimana alamatanya, sekolah dimana, apa pekerjaan orang tuanya, berapa bersaudara, dll. Dari jawabannya diketahui kalo dia anak pertama adiknya ada sekitar 4 orang dan masih kecil-kecil. Pekerjaan ayahnya tidak jelas bahkan ia sendiri tidak tahu apa pekerjaan ayahnya. Jarak sekolahnya sangat jauh sekitar 4 km dari rumahnya. Saat kutanya kenapa memilih sekolah yang jauh, ternyata ia dulu di asuh di sebuah panti asuhan di dekat sekolahnya namun entah kenapa ia akhirnya kembali ke rumah orang tuanya yang jauh dari sekolahnya. Hampir tiap pergi atau pulang sekolah ia selalu mencari tumpangan orang - orang di jalan. Tak jarang sampai sore, seperti hari ini, ia baru mendapatkan tumpangan. Aku antar ia sampai ke rumahnya, aku ingin tahu bagaimana keadaan rumahnya. setelah sampai di rumahnya terlihat rumah yang sangat sederhana, dari luar terlihat agak berantakan. Ia mengucapkan terima kasih dan langsung lari masuk ke dalam rumah.

Yang kedua, juga saat aku pulang dari tempat kerja dan maghrib segera tiba. Seorang anak merengek kepadaku untuk dimintai tumpangan. Sepertinya ia baru saja mengamen. Ia memakai kaos dan celana pendek yang sudah agak lusuh. Ia merengek kepadaku, aku sempat menolaknya, tapi ia terus merengek, aku tolak lagi, ia masih merengek. Akhirnya aku tidak tega juga dan aku bersedia memberinya tumpangan. Sama seperti kejadian pertama sepanjang perjalanan aku bertanya. Ia masih kelas dua SD, ayahnya sudah meninggal, ia anak terakhir dari 4 bersaudara. Hampir setiap hari sepulang sekolah ia mengamen di stopan itu, penghasilan sekali ngamen sekitar 20 ribu sampai 30 ribu. Kali ini aku tidak mengantarnya sampai rumah, karena ia hanya ingin turun di perempatan dekat rumahnya setelah itu ia berjalan kaki.

Satu hal yang aku salut dari mereka, setidaknya ia masih punya semangat untuk sekolah. Apapun mereka lakukan agar bisa tetap sekolah. Walaupun masih ada orang yang tidak memperdulikan mereka. Tapi mereka tetap berhak meraih masa depannya, mereka mencari cara sendiri. Aku berharap semoga mereka tidak putus asa di tengah jalan dan aku doakan semoga mereka menjadi orang sukses suatu hari nanti.

Kadang timbul pertanyaan, begitu banyak orang di stopan itu kenapa aku yang dipilihnya untuk dimintai tumpangan. Mungkin bukan mereka yang memilih tapi Allah yang menggerakkan hati mereka untuk memilih, untuk menguji hambanya apakah ia masih peduli atau tidak