Kamis, 22 November 2012

Anak Kecil itu...

Ini sudah kedua kalinya terjadi di stopan yang berbeda. Seorang anak kecil tiba - tiba menghampiriku sambil merengek untuk menumpang agar ia bisa sampai di rumah.

Yang pertama saat aku pulang dari tempat kerja dan hari mulai senja seorang anak kecil laki-laki berseragam merah putih menghampiriku meminta izin untuk menumpang sampai tempat yang dituju. Tadinya aku agak takut karena akhir-akhir ini sedang marak kejahatan dengan berbagai macam modus. Tapi dengan melihat wajah polosnya yang sepertinya benar-benar membutuhkan tumpangan akhinya aku bersedia. Sepanjang perjalanan aku bertanya pada anak kecil itu. siapa namanya, dimana alamatanya, sekolah dimana, apa pekerjaan orang tuanya, berapa bersaudara, dll. Dari jawabannya diketahui kalo dia anak pertama adiknya ada sekitar 4 orang dan masih kecil-kecil. Pekerjaan ayahnya tidak jelas bahkan ia sendiri tidak tahu apa pekerjaan ayahnya. Jarak sekolahnya sangat jauh sekitar 4 km dari rumahnya. Saat kutanya kenapa memilih sekolah yang jauh, ternyata ia dulu di asuh di sebuah panti asuhan di dekat sekolahnya namun entah kenapa ia akhirnya kembali ke rumah orang tuanya yang jauh dari sekolahnya. Hampir tiap pergi atau pulang sekolah ia selalu mencari tumpangan orang - orang di jalan. Tak jarang sampai sore, seperti hari ini, ia baru mendapatkan tumpangan. Aku antar ia sampai ke rumahnya, aku ingin tahu bagaimana keadaan rumahnya. setelah sampai di rumahnya terlihat rumah yang sangat sederhana, dari luar terlihat agak berantakan. Ia mengucapkan terima kasih dan langsung lari masuk ke dalam rumah.

Yang kedua, juga saat aku pulang dari tempat kerja dan maghrib segera tiba. Seorang anak merengek kepadaku untuk dimintai tumpangan. Sepertinya ia baru saja mengamen. Ia memakai kaos dan celana pendek yang sudah agak lusuh. Ia merengek kepadaku, aku sempat menolaknya, tapi ia terus merengek, aku tolak lagi, ia masih merengek. Akhirnya aku tidak tega juga dan aku bersedia memberinya tumpangan. Sama seperti kejadian pertama sepanjang perjalanan aku bertanya. Ia masih kelas dua SD, ayahnya sudah meninggal, ia anak terakhir dari 4 bersaudara. Hampir setiap hari sepulang sekolah ia mengamen di stopan itu, penghasilan sekali ngamen sekitar 20 ribu sampai 30 ribu. Kali ini aku tidak mengantarnya sampai rumah, karena ia hanya ingin turun di perempatan dekat rumahnya setelah itu ia berjalan kaki.

Satu hal yang aku salut dari mereka, setidaknya ia masih punya semangat untuk sekolah. Apapun mereka lakukan agar bisa tetap sekolah. Walaupun masih ada orang yang tidak memperdulikan mereka. Tapi mereka tetap berhak meraih masa depannya, mereka mencari cara sendiri. Aku berharap semoga mereka tidak putus asa di tengah jalan dan aku doakan semoga mereka menjadi orang sukses suatu hari nanti.

Kadang timbul pertanyaan, begitu banyak orang di stopan itu kenapa aku yang dipilihnya untuk dimintai tumpangan. Mungkin bukan mereka yang memilih tapi Allah yang menggerakkan hati mereka untuk memilih, untuk menguji hambanya apakah ia masih peduli atau tidak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar